Minggu, 11 November 2012

Membuat Anak Jatuh Hati Pada Matematika


Pelajaran matematika sampai saat ini masih menjadi hantu yang menakutkan bagi anak apalagi jika ditambah pula dengan guru yang menyajikan secara konvensional.  Guru matematika masih asyik menggunakan metode drilling daripada metode lain seperti permainan misalnya. Kalaupun metode permainan itu digunakan, terkadang kurang efektif sehingga akhirnya   menjadi kambing hitam dari ketidakberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.  Padahal apabila metode ini digunakan secara bijak dan cerdik justru dapat menumbuhkan kecintaan anak terhadap pelajaran matematika.  Inilah tugas kita sebagai guru memberikan pendidikan yang bermutu khususnya belajar matematika dengan metode yang beragam sehingga membuat anak enjoy belajar . Ketika mereka sudah cinta dengan pelajarannya , maka guru akan dengan mudah memberikan materi pelajaran .  LET THEM LOVE FIRST!
Dunia bermain adalah milik anak-anak. Kegiatan pembelajaran khususnya di kelas rendah  hendaknya memahami kebutuhan anak ini. Guru hendaknya menciptakan pola pembelajaran yang BERMAIN SAMBIL BELAJAR  atau belajar sambil bermain. Ciptakan pembelajaran matematika yang menyenangkan sehingga  Matematika yang sering kali dilabelisasi sebagai kegiatan yangmemusingkan , berubah menjadi kegiatan belajar  yang mengasyikan . Belajar  matematika memang identik dengan mengerjakan soal latihan, Betul! semakin sering anak berlatih semakin terasah kemampuannya. Tapi haruskan anak dijejali dengan soal latihan terus-menerus? Apakah itu satu-satunya jalan agar siswa pandai? Kalau jawabannya ya, maka  tunggulah sebuah bom waktu ketika  mereka mengatakan SAYA BENCI PELAJARAN MATEMATIKA! Bagaimana cara agar mereka mencintai pelajaran matematika sejak dini?
Beberapa tips ini merupakan rangkuman pembelajaran yang telah saya terapkan di kelas rendah:
  • Masuk ke dalam dunia anak-anak yaitu dunia bermain. Dengan permainan siswa dapat merumuskan pemahaman tentang suatu konsep; kaidah-kaidah atau prinsip; unsur-unsur pokok, proses, hasil dan dampak (Suyatno;2003,12). Materi apapun dapat kita kreasikan dengan berbagai permainan contohnya  ketika anak menyelesaikan soal cerita penjumlahan/pengurangan guru mengajak anak untuk bermain peran agar    pemahaman anak terbentuk secara nyata.  Memvisualisasikan soal cerita  ke dalam kegiatan bermain peran, akan mengantarkan anak memahami soal cerita. Kegiatan lain adalah mengajak anak  bermain menjadi detektif. Guru menuliskan soal di secarik kertas, menyimpannya di pojok kelas kemudian meminta anak menjawab soal itu.
  • Mengunakan alat manipulatif : Ketika anak belajar penjumlahan/pengurangan, guru dapat meminta anak membawa kerikil, lidi, biji jagung, stik es krim atau  kancing sebagai alat hitung. Ketika guru menuliskan soal 4 + 5 = …   biarkan anak menghitung sendiri atau membuktikan jawaban dengan cara mengambil  4 kerikil + 5 kerikil . Dengan bantuan alat manipulatif ini, pembelajaran matematika tidak ‘ngawang-ngawang’ karena anak melihat secara nyata dari hasil penjumlahan 4 + 5. Piaget dan Gresler (1986: 2005)mengatakan bahwa  usia ini merupakan fase dimana anak masih berpikir kongkret
  • Anak-anak juga suka bernyanyi.  Metode ini sungguh efektif dalam membantu anak memahami materi. Jika lagu-lagu anak yang ada tidak ada yang cocok dengan materi yang akan dibahas, apa salahnya jika guru menciptakan sendiri. Mengadaptasi lagu anak yang ada dengan mengganti liriknya. 
  • Memproduksi sesuatu. Belajar matematika juga dapat menghasilkan sebuah karya contohnya ketika anak mempelajari bermacam-macam bentuk  bangun ruang, guru dapat mengajak anak untuk bermain membuat bangunan dari bangun ruang seperti balok, kubus, kerucut, prisma, tabung, bola dsb. Dari pengalaman saya, anak-anak kreatif sekali dalam membuat bangunan dari bangun ruang ini . Ada kelompokyang membuat rumah sakit, mall, bandara atau menara. Mereka antusias sekali ketika diminta untuk memberi judul bangunannya .  Setelah selesai membuat bangunan, guru meminta anak untuk menghitung berapa banyak bangun ruang ( balok, kubus, tabung dst) yang digunakan. Kegiatan ini dapat dituangkan ke dalam Lembar Kerja siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar