Selasa, 27 November 2012

PENGGUNAAN METAFORA, PERUMPAMAAN, DAN SUGESTI DALAM PENDIDIKAN


Bayangkan pada hari pertama masuk sekolah. Anda dengan mudah menyertakan siswa, menambahkan asosiasi positif terhadap belajar, dan menarik semua modlitas belajar. Untuk melakukan  ini, anda dapat memulai kelas dengan cerita seperti:

Seorang laki-laki berjalan di bawah terik matahari melalui daerah tidak di kenal. Dia telah berjalan sepanjang hari, ketika dia merasa cemas dan mulai khawatir bahwa dia mungkin salah jalan. Mendadak, ia terkejut melihat seorang laki-laki sangat-sangat-sangat tua duduk bersandar pada sebatang pohon. Rambutnya putih lelaki tua itu berkilau memantulkan sinar matahari. Si pengembara yang terkejut itu berlari menemuinya dan bertanya: “Maaf, permisi, apakah anda baik-baik saja?” . lelaki tua itu tidak bergerak ataupun menjawab. Si pengembara berlutut dan menyentuh bahu lelaki tua tersebut sambil bertanya lagi, “Permisi, apakah anda tidak apa-apa?”. Lagi-lagi dia tidak mendapatkan jawaban. Si pengembara berdiri dan berniat melanjutkan perjalanan, ketika tiba-tiba kepala lelaki tua itu terangkat dan matanya terbuka lebar. Dengan suara lemah dan terpatah-patah si lelaki tua itu berkata, “Teruslah berjalan; kau berada di jalan yang benar. Sebelum menyeberangi sungai, kumpulkan apa yang kau temui disana sebanyak-banyaknya, karena kau tidak akan pernah bisa kembali.” Matanya tertutup dan kepalanya kembali disandarkan pada tangannya.
Si pengembara menunggu, kemudian akhirnya berbalik dan melanjutkan perjalananya di bawah sengatan matahari, sambil berkata pada dirinya sendiri bahwa lelaki tua itu mungkin gila. Kemudian dia memikirkan perkataan lelaki tua itu dan tertawa sendiri, “Mungkin sungainya juga tidak ada!”
Si pengembara berjalan terus dan akhirnya sampailah dia di kaki sebuah bukit besar. Ketika dia mencapai puncaknya, dia melihat sungai besar yang indah mengalir perlahan di balik bukit. Dengan bersemangat, dia berlari menuruni bukit dan meloncat kedalam air yang sejuk. Dia menari-nari sambil menciprat-cipratkan air ke atas sehingga membasahi seluruh tubuhnya. Tiba-tiba dia tertegun, suara laki-laki tua itu terngiang kembali di telinganya, “Sebelum menyeberangi sungai, kumpulkan apa yang kau temukan di sana sebanyak-banyaknya karena kau tidak akan pernah bisa kembali.”
Si pengembara itu mencari-cari ke sekelilingnya tetapi tidak melihat apapun kecuali ranting, bebatuan, dan rerumputan biasa. Dia berfikir, “Satu-satunya yang bisa dikumpulkan adalah batu-batu ini, tetapi untuk apa? Untuk menghalau binatang buas, ah rasanya tidak mungkin.” Tapi dia membungkuk juga untuk mengumpulkan beberap buah batu dan mengantonginya. Kemudian dia berbalik untuk menyeberangi sungai, tetapi dia berhenti lagi dan berfikir, “Ini hal yang paling gila yang pernah kulakukan.” Kemudian dia pun menyeberangi sungai.
Langit menjadi gelap dan pengembara itukelelahan, sehingga dia memutuskan untuk menghentikan perjalanannya dan mendirikan sebuah tenda kecil. Dengan cepat dia tertidur. Menjelang tengah malam, mendadak ia terbangun dan berdiri. Dia menatap bulan purnama yang menerangi langit. Dia menjadi marah saat menyadari apa yang telah membangunkannya. Batu-batu dalam kantongnya lah yang telah mengganjal tubuhnya. Dia mengeluarkan segenggam batu itu dan dan menyingkirkannya. Sinar bulan memantul pada batu-batu it. Ternyata, batu-batu berubah menjadi intan permata yang tidak bernilai harganya. Si pengembara merasa menyesal. “Andai aku mengumpulkan lebih banyak sebelum menyeberangi sungai tadi,” pikirnya.

Jelaskan pada siswa anda: “kelas ini seperti tepian sungai yang penuh batu-batu berserakan yang mungkin akan mnjadi permata jika kalian mengambilnya. Seperti lelaki tua yang tidak dapat memaksa si pengembara mengambil batu sebanyak-banyaknya, Ibu juga tidak dapat memaksa kalian mengumpulkan ilmu yang ditawarkan disini. Tidak juga orang lain. Tetapi, Ibu dapat dan akan mendorong kalian untuk mengumplkan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin sebelum kalian menyeberangi sungai karena kalian tidak akan pernah bisa kembali ke saat ini.

(Pada akhir kalimat anda, keluarkan dari kantong anda segenggam “permata” dari kaca yang mengkilat, satu untuk setiap murid) ini cara yang bagus untuk memlai kelas baru. John LeTellier, master Quantum Teacher, fasilitator dan pendongeng, menciptakan pengalaman yang kaya akan indra dalam rancangannya dan menceritakan Kisah Permata diatas. Dia memasukkan tiga unsure kunci yang dapat dijalinkan kedalam pengajaran apa pun yaitu: metafora, perumpamaan, dan sugesti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar